Senin, 23 Januari 2017
Minggu, 02 Oktober 2016
Tiket kampung lawas maspati
Keliling Surabaya Peringati Hari Pariwisata Dunia
by Sandhi Nurhartanto (enciety.co)
Memperingati Hari Pariwisata sedunia yang jatuh pada hari Selasa (27/9/2016) besok, sebanyak 25 kalangan senior traveler berkeliling Kota Surabaya, Senin (26/9/2016).
Bekerjasama dengan Fakultas Pariwisata Universitas Ciputra, Surabaya, dipilih 5 lokasi wisata untuk memperingati kegiatan hari pariwisata tersebut. Kegiatan ini merupakan pelaksanaan dari tema besar Hari Pariwisata sedunia, yakni Tourism for All : Promoting Universal Accessibility.
Tempat wisata populer di Surabaya dikunjungi oleh para senior traveler ini. Mulai dari Balai Pemuda, Balai Kota Surabaya, Gedung Kesenian Cak Durasim, Museum Surabaya, Kampung Lawas Maspati, dan Joko Dolog.
Dosen Perhotelan dan Pariwisata Universitas Ciputra Surabaya Dewa Gde Satrya mengatakan, Kota Pahlawan telah memiliki sarana dan prasarana penunjang pariwisata bagi semua kalangan. Seperti di Balai Kota, terdapat kursi untuk disabilitas, dan di bagian belakang balai kota sudah ada jalur khusus kursi roda.
“Di dalam Balai Kota dan Museum Surabaya juga telah dilengkapi penanda di lantai bagi penyandang disabilitas tuna netra. Bahkan di Museum Surabaya juga dilengkapi jalur khusus kursi roda,” kata Dewa.
Ia menambahkan, di perayaan ke-36 tahun hari Pariwisata sedunia ini, United Nation World Tourism Organization (UNWTO) ingin mengirimkan pesan lewat tema peringatan ini agar kalangan difable, lanjut usia, dan keluarga yang memiliki anak kecil, terpenuhi kebutuhan berwisatanya di setiap tempat wisata.
“Dengan terpenuhinya fasilitas bagi penyandang dan disabilitas di lokasi pariwisata. Kota Surabaya merupakan salah satu perwujudan dari tema besar UNWTO tahun ini,” imbuh Dewa.
foto:sandhi nurhartanto/enciety.co
Nostalgia di Museum dan Kampung Lawas
Dewa menambahkan, setibanya rombongan di Museum Surabaya, rombongan yang mayoritas berusia 65 tahun ke atas ini serasa memasuki mesin waktu. Selama satu jam, mereka membahas kenangan atas transportasi umum di masa lalu seperti bemo, angguna, dan bajaj.
“Para rombongan sempat terkesima saat melihat saat melihat sebuah foto yang menggambarkan proses pengambilan air saat terjadi kebakaran dengan latar belakang Gereja di tahun 1920an,” ujarnya.
Sekitar pukul satu siang, rombongan yang tiba di Kampung Lawas Maspati merasakan kesan yang sama saat tiba di Museum Surabaya. Tak ingin berlalu lama nostalgia, para rombongan langsung bermain dakon dan bakiak bersama warga.
“Tak hanya nostalgia, dan bermain permainan tradisional. Para rombongan juga mampir untuk membeli souvenir hasil UKM warga setempat,” papar dia. (wh).
Sumber : http://www.enciety.co/keliling-surabaya-peringati-hari-pariwisata-dunia/
Senior Traveler Keliling Surabaya
Artikel oleh kabarsurabaya
SURABAYA (kabarsurabaya.com) – Memperingati Hari Pariwisata sedunia yang jatuh pada hari ini, Selasa (27/9/2016), sebanyak 25 kalangan senior traveler berkeliling Kota Surabaya kemarin, Senin (26/9/2016).
Bekerjasama dengan Fakultas Pariwisata, Universitas Ciputra Surabaya, dipilih lima lokasi wisata untuk memperingati kegiatan tersebut.
Kegiatan ini merupakan pelaksanaan dari tema besar Hari Pariwisata sedunia, yakni Tourism for All : Promoting Universal Accessibility. Mulai dari jam sembilan pagi, para senior traveler ini mengunjungi tempat-tempat wisata populer di Surabaya, mulai dari Balai Pemuda, Balai Kota Surabaya, Gedung Kesenian Cak Durasim, Museum Surabaya, Kampung Lawas Maspati dan Joko Dolog.
Senior Traveler Keliling Surabaya
Dewa Gde Satrya, Dosen Perhotelan dan Pariwisata Universitas Ciputra Surabaya menyebutkan bahwa Kota Surabaya telah memiliki sarana dan prasarana penunjang pariwisata bagi semua kalangan. Seperti di Balai Kota, terdapat kursi untuk disabilitas, dan di bagian belakang balai kota sudah ada jalur khusus kursi roda.
“Di dalam Balai Kota dan Museum Surabaya juga telah dilengkapi penanda di lantai bagi penyandang disabilitas tuna netra. Bahkan di Museum Surabaya juga dilengkapi jalur khusus kursi roda,” imbuh Dewa.
Dewa menambahkan, di perayaan ke-36 tahun hari Pariwisata sedunia ini, United Nation World Tourism Organization (UNWTO) ingin mengirimkan pesan lewat tema peringatan ini agar kalangan difable, lanjut usia, dan keluarga yang memiliki anak kecil, terpenuhi kebutuhan berwisatanya di setiap tempat wisata.
Senior Traveler Keliling Surabaya
“Dengan terpenuhinya fasilitas bagi penyandang dan disabilitas di lokasi pariwisata. Kota Surabaya merupakan salah satu perwujudan dari tema besar UNWTO tahun ini,” imbuh Dewa
Dewa juga menambahkan, setibanya rombongan di Museum Surabaya, rombongan yang mayoritas berusia 65 tahun ke atas ini serasa memasuki mesin waktu. Selama satu jam, mereka membahas kenangan atas transportasi umum di masa lalu seperti bemo, angguna, dan bajaj.
“Para rombongan sempat terkesima saat melihat saat melihat sebuah foto yang menggambarkan proses pengambilan air saat terjadi kebakaran dengan latar belakang Gereja di tahun 1920an,” tambahnya.
Sekitar pukul satu siang, rombongan yang tiba di Kampung Lawas Maspati merasakan kesan yang sama saat tiba di Museum Surabaya. Tak ingin berlalu lama nostalgia, para rombongan langsung bermain dakon dan bakiak bersama warga.
“Tak hanya nostalgia, dan bermain permainan tradisional. Para rombongan juga mampir untuk membeli souvenir hasil UKM warga setempat,” pungkas Dewa. (EP)
DOLANAN DI KAMPUNG ISTIMEWA PUNYA KOTA SURABAYA
artikel by EARTH HOUR SURABAYA
apabila berbicara mengenai kampung, apa hal pertama yang terlintas dalam benak sobat EH? Kumuh, sempit, gersang, atau kah panas? Bayangan tersebut tentunya sudah sangat melekat di benak kita tentang kampung, apalagi yang berada di pinggiran kota. Bahkan Surabaya yang disebut sebagai kota metropolitan pun juga terdiri dari banyak kampung di sela-sela bangunan pabrik, kantor, sekolah, hingga mall-nya yang menjulang tinggi. Pemukiman warga yang berada di sekitar daerah industri pun mau tak mau menjadi tak terawat, apalagi kalau harus menjadi labuhan dari limbah industri yang menyebabkan polusi dimana-mana. Meskipun begitu, kebanyakan warga yang bertempat tinggal di kampung seakan tak acuh dengan hal-hal yang melanda lingkungan mereka. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi warga di Kampung Lawas Maspati. Kampung yang terdiri dari enam RT di tengah hiruk-pikuknya Kota Pahlawan ini banyak mendapatkan penghargaan bahkan menjadi pusat perhatian warga asing loh, Sobat EH. Wah, apa saja sih keistimewaan kampung ini? Minggu (18/09) lalu melalui aksi “EH Dolan Nang Kampoeng Lawas Maspati”, Earth Hour Surabaya melakukan kunjungan dan edukasi untuk pertama kalinya ke salah satu kampung wisata sejarah di Kota Surabaya tersebut. Aksi dimulai pada pukul 08.00 waktu setempat dengan pembukaan dari Kak Yenni selaku Koor Kota EH Surabaya, kemudian dilanjut dengan sambutan dari Cak Oon dan Ibu Hermin selaku perwakilan dari masyarakat Kampung Lawas Maspati. Pembukaan dilakukan secara sederhana dan hangat di Gang VI Kampung Maspati. Aksi kali ini dihadiri oleh sekitar 25 partisipan, baik dari voluntir EH Surabaya maupun Sobat EH. Dengan dipandu oleh Ibu Hermin, mulailah para peserta aksi berkeliling dari Gang VI ke Gang V untuk menelusuri seluk beluk kampung yang sangat bersih dan asri ini. Mulai dari bangunan bersejarah, kerajinan tangan yang diproduksi, penghargaan yang diperoleh, hingga berbagai fasilitas green living yang dimiliki di Kampung Lawas Maspati. Seperti Bank Sampah, IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), halaman dengan lubang biopori, berbagai toga yang ditanam di sepanjang gang, rumah baca, pos permainan tradisional, dan bangunan bersejarah lainnya. “Uang dari penghargaan yang kami peroleh tidak kami gunakan untuk hura-hura, tetapi kami pergunakan kembali untuk membenahi kampung kami. Selain itu kami juga berusaha mengembangkan UKM dan potensi yang kami miliki. Sebisa mungkin kami belajar mandiri karena kalau menunggu pemerintah yang bertindak, mau sampai kapan?” Ujar Ibu Hermin. Memang kemauan dari warganya yang sangat kuatlah yang menjadi akar dari prestasi-prestasi yang diperoleh oleh Kampung Lawas Maspati. Berawal dari memenangkan lomba Green and Clean yang diadakan oleh Pemerintah Kota Surabaya pada tahun 2015 silam, Kampung Lawas Maspati mulai mengembangkan kondisi kampungnya hingga menjadi luar biasa seperti sekarang ini. Sangat menarik, bukan? Setelah berkeliling kampung, para peserta pun tiba di aula Kampung Lawas Maspati untuk beristirahat sejenak. Kemudian dilanjut sesi edukasi Konsumen Cerdas dan Bertanggung Jawab oleh EH Surabaya yang dibawakan oleh Kak Yenni dan diikuti oleh ibu-ibu di Kampung Lawas Maspati yang sangat antusias mendengarkan materi. Kak Yenni memberikan ulasan terkait ekolabel, hemat energi, dan gaya hidup ramah lingkungan. Akhirnya, tiba lah kami di penghujung aksi yaitu bermain permainan edukasi dengan anak-anak di Kampung Lawas Maspati. Anak-anak diajak bermain engkle dan diberikan pertanyaan seputar gaya hidup yang ramah lingkungan. Seusainya, mereka mendapatkan reward berupa kotak pensil daur ulang dan pin dari EH Surabaya. Aksi dolan ini ditutup pada pukul 11.15 dengan pertunjukkan musik perkusi oleh remaja-remaja Kampung Lawas Maspati dan diakhiri dengan foto bersama. “Janganlah hanya menuntut orang lain untuk bertindak, tetapi mulai lah dari diri sendiri untuk bertindak sehingga dapat menjadi contoh bagi orang lain. Saya percaya bahwa pemuda-pemuda Earth Hour Surabaya merupakan generasi penggerak pembawa perubahan bagi kota ini.” Ujar Cak Oon. Earth Hour Surabaya #IniAksiku !
By: Yani RachmaL https://ehsurabaya.wordpress.com/2016/09/21/dolanan-di-kampung-istimewa-punya-kota-surabaya
Posted via Blogaway
Sabtu, 20 Agustus 2016
Kampung lawas kukenang dan kukenang
http://www.eastjavatraveler.com/menjelajah-tempo-dulu-ala-festival-kampung-lawas/
Kamis, 04 Agustus 2016
Kampung lawas maspati
https://m.youtube.com/watch?v=u26VHBlaeTE